Minggu, 27 November 2011

sosiologi gender


PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM KELUARGA
 (SUAMI-ISTRI)

Konsep Keluarga secara umum adalah sekumpulan manusia yang paling kecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah,ibu dan anak. Pada hakikatnya sebuah keluarga adalah alat transformasi nilai- nilai sosial dalam masyarakat. Dalam keluarga khususnya hubungan suami istri ada masalah yang seharusnya di tindak lanjuti bersama secara intensif, tetapi sejauh ini masalah ini hanya dianggap sebagai masalah kaum wanita saja khususnya istri pada sebuah keluarga. Masalah yang sedang dibicarakan adalah penggunaan alat kontrasepsi dalam keluarga yaitu suami istri.
Alat kontrasepsi digunakan dengan dasar mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim. Kontrasepsi dapat reversible (kembali)  atau permanen (tetap). Kontrasepsi yang reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap saat tanpa efek lama di dalam mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk punya anak lagi. Metode kontrasepsi permanen atau yang kita sebut sterilisasi adalah metode kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan dikarenakan melibatkan tindakan operasi. Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah efektivitas, keamanan, frekuensi pemakaian dan efek samping, serta kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar. Selain hal tersebut, pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dari agama dan kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut. Faktor lainnya adalah frekuensi bersenggama, kemudahan untuk kembali hamil lagi, efek samping ke laktasi, dan efek dari kontrasepsi tersebut di masa depan. Sayangnya, tidak ada metode kontrasepsi, kecuali abstinensia (tidak berhubungan seksual), yang efektif mencegah kehamilan 100%. Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara kerjanya yaitu metode barrier (penghalang), sebagai contoh, kondom yang menghalangi sperma; metode mekanik seperti IUD; atau metode hormonal  seperti pil. Metode kontrasepsi alami tidak memakai alat-alat bantu maupun hormonal namun berdasarkan fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk mencegah fertilisasi (pembuahan).
Paparan diatas merupakan sekilas pengetahuan tentang kontrasepsi serta macam-macam kontrasepsi yang sering digunakan oleh sebagian masyarakat khususnya wanita, dari paparan diatas tidak ada ungkapan tentang kontrasepsi yang digunakan oleh laki-laki. Merancang program dan kegiatan yang memperhatikan keseimbangan pemenuhan kebutuhan perempuan dan laki-laki dan kesehatan reproduksi, yaitu tersedianya pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang responsif gender.
Paradigma bahwa penggunaan alat kontrasepsi lebih ditekankan bagi perempuan untuk menunda kehamilan. Padahal jika ingin di teliti lebih jauh seharusnya pria atau laki-laki memiliki andil dalam penggunaan alat kontrasepsi pada hubungan suami-istri. Tapi pada kenyataan kondisi masyarakat menganaggap bahwa alat kontrasepsi hanya berlaku oleh para perempuan saja, penggunaan kondom seharusnya juga mendapat tempat yang istimewa pada masyarakat khususnya bagi para laki-laki. Sejauh ini kondom tidak disukai oleh para laki-laki karena berbagai alasan yang sebenarnya bersifat egois untuk kaum mereka. Kondom tidak disukai oleh para pria berumah tangga lantaran tidak praktis dan mengurangi kenikmatan dalam berhubungan seks, baik itu dirasakan oleh suami ataupun istri. Dengan berbagai alasan seperti yang sudah dilontarkan oleh para pria sehingga pria punya alasan untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi. Apalagi alat kontrasepsi yang tersedia di apotik atau tempat kesehatan lainnya sebagian untuk para wanita.
Kesehatan reproduksi masih ditemui beberapa kendala untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender antara laki-laki dan perempuan yang perlu mendapat perhatian kita bersama. Kendala yang disebut dengan kesenjangan gender. Dengan memperhatikan aspek gender dalam KB dan kesehatan reproduksi, kita dapat merancang dan melaksanakan kegiatan yang selalu memperhatikan kebutuhan perempuan dan laki-laki secara seimbang sehingga tidak ada salah satu pihak yang merasa diabaikan kebutuhannya, baik dalam informasi maupun pelayanan kesehatan reproduksi. Sebenarnya kesenjangan gender tidak hanya dirasakan oleh kaum wanita saja tetapi sebenarnya kaum laki-laki juga mendapat perlakuan diskriminasi pada posisi tertentu mereka dianggap tidak berhak mementukan apa yang harus dilakukan atau apa yang harus digunakan dalam penggunaan alat kontrasepsi. Penggunaan alat kontrasepsi sangatt erat hubungannya dengan progam KB yang diselenggarakan oleh pemerintah.
Penyebabkan kesenjangan gender  dalam pemakaian kontrasepsi pada laki-laki antara lain: 1) pelaksanaan program KB masa lalu yang cenderung  mengarahkan  sasarannya lebih kepada perempuan/kaum ibu; 2)   terbatasnya informasi yang sampai kepada laki-laki tentang KB dan kesehatan reproduksi yang berakibat kepada terbatasnya pengetahuan kaum laki-laki akan hal ini; 3) faktor sosial budaya yang menganggap KB merupakan urusan perempuan, antara lain ditunjukkan dengan besarnya prosentase istri yang tidak setuju suaminya menjadi peserta KB, Anggapan “KB adalah urusan perempuan”menyebabkan sangat rendahnya jumlah peserta KB laki-laki; 4) masih terbatasnya jumlah pemberi pelayanan yang berminat kepada pelayanan untuk laki-laki,baik KB maupun kesehatan reproduksi. Sebagaicontoh hanya 4 persen sarana pelayanan yangmelayani vasektomi; 5)  terbatasnya jenis alat/metode kontrasepsi pria membuat laki-laki tidak mau menjadi peserta KB; 6) dominannya suami dalam pengambilan keputusan keluarga termasuk dalam KB dan kesehatan reproduksi sehingga isteri yang menjadi peserta KB serta enggannya suami pergi ke tenaga medis untuk memeriksakan kesehatan reproduksinya.

 
Analisis Menurut Teori Gender dan feminism Liberal
Sekilas tentang paparan diatas menunjukkan bahwa alat kontrasepsi yang di gunakan sebagian masyarakat khususnya kaum wanita adalah gambaran bahwa penggunaan alat kontrasepsi seakan-akan memang perempuanlah yang harus berperan dalam penggunaan alat kontrasepsi, sedangkan pria hanya dianggap sebagai pendukung pasangan dalam keputusan penggunaan alat kontasepsi. Penggunaan alat kontrasepsi sebenarnya bukan monopoli wanita, tapi partisipasi pria sebagai pengguna relative sangat rendah. Akibatnya anggapan masyarakat tentang penggunaan alat kontrasepsi adalah kewajiban wanita, dan jika terjadi kehamilan yang tidak di inginkan oleh  pasangan walaupun mereka sudah memiliki status menikah yang dipersalahkan alam adalah kaum wanita, karena secara kodrat yang mengandung, melahirkan serta menyusui adalah wanita.
Analisis gender disini berusaha mengungkap apa yang terjadi pada masyarakat walaupun secara awam sebenarnya tidak dipermaslahkan oleh kaum wanita tetapi pada prespektif ilmu sosiologi serta pemahaman gender hal ini sebenarnya jika ditelusuri lebih jauh memilki permasalahn yang pelik didalamnya. Pandangan masyarakat tentang penggunaan alat kontrasepsi sudah acuh terhadap keadaan wanita. Agar dapat dianalisis dengan grand teori gender itu sendiri dan   feminisme liberal harus mengerti dari setiap pengertian dari teori itu .Gender adalah hasil pensifatan masyarakat  yang  dikonstruksikan bahwa wanita itu lemah, lembut, ramah dan sebaliknya laki-laki itu gagah, perkasa, tangguh dan sebagainya. Pemposisian status sosial wanita dan laki-laki juga sangat berbeda dengan seks atau jenis kelamin. Beban peran ganda yang dialami oleh wanita akibat konstruksi gender yang salah, tapi keadaan ini bukanlah masalah bagi perempuan karena hal ini dianggap sudah membudaya dan sudah terstruktur di dalam masyarakat. Tapi sebenarnya jika kaum wanita mau untuk mengangkat gender itu sebagai kesetaraan hak dan kewajiban pada kasus ini dapat diungkap bahwa penggunaan alat kontrasepsi tidaklah harus diwajibkan oleh para wanita saja kaum pria pun seharusnya juga ikut dalam pengunaan alat kontrasepsi, tapi permasalahannya disadari atau tidak bahwa keputusan ini juga bersifat individu. Keputusan bersama atau keputusan sendiri pada saat menentukan penggunaan apa yang digunakan dalam penggunaan alat kontrasepsi hanyalah makna kiasan semata. Sebenarnya penggunaan alat kontrasepsi itu adalah perlakuan yang tidak adil oleh para kaum wanita.
 Grand Teori diatas hanya mengungkap sebagian permasalahan yang terjadi karena adanya kesalahpahaman masyarakat tentang teori gender. Teori Feminisme Liberal secara garis besar adalah pergerakan perkembangan pemikiran dan pendidikan yang secara mendasar sudah berakar pada konsep budaya. Karena pada intinya teori ini mengungkap pergerakan perempuan atas hasil kesetaraan gender itu sendiri. Memandang bahwa perempuan setara dengan laki-laki karena adanya perkembangan dan pendidikan. Sebenarnya kesetaraan gender adalah suatu pilihan menurut individu, tetapi ada juga sebagian bahwa kesetaraan gender harus di tegakkan. Dalam sebuah keluarga keputusan suami dan istri adalah sumber utama dari terciptanya kondisi kesetaraan gender, misal KB biasanya merugikan wanita sebenarnya wanita itu sudah merasakan hal tersebut tetapi kembali lagi dengan keputusan bersama pada sebuah keluarga tersebut jika keduanya tidak mempermasalahkan keadaan tersebut maka merekaa juga merasa tidak ada masalah dalam keluarga itu. Dengan kata lain gender sebenarnya adalah sebuah pilihan bagi setiap individu.

1 komentar: